Pondok Pesantren Seblak Jombang atau Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah didirikan pada tahun 1921 oleh K.H. Ma’shum Ali. Pesantren berada di dusun Seblak, desa Kwaron, Diwek, Jombang. Jarak antara Seblak ke Tebuireng dari arah barat mencapai 300 m. Nama dusun ini dijadikan nama pesantren yang akan didirikannya, Pondok Pesantren Seblak.
Kiai Ma’shum Ali adalah menantu pasangan K.H. Hasyim Asy’ari dan Nyai Nafiqoh, yang dinikahkan dengan puteri pertamanya; bernama Khoiriyah Hasyim. Kiai Ma’shum berasal dari Maskumambang, Gresik. Pada awal pernikahannya, Kiai Ma’shum dan Nyai Khoiriyah tinggal bersama mertuanya di Tebuireng.
Kiai Ma’shum ikut membantu sang mertua mengajar. Beliau pernah tercatat sebagai kepala sekolah pertama Madrasah Tebuireng. Setelah kelahiran putera pertamanya, pasangan ini mulai merintis tempat tinggal sendiri dengan membeli tanah di dusun Seblak. Dipilihnya dusun Seblak karena dekat dengan Tebuireng, sehingga Kiai Ma’shum tetap bisa mengajar di sana.
Pasangan Kiai Ma’shum dan Nyai Khoiriyah memperoleh 6 putera dan puteri. Namun lima orang meninggal sewaktu kecil dan tinggal dua orang puteri bernama Abidah dan Jamilah.
Pada awalnya, para santri yang mondok di Seblak adalah mereka yang punya minat mempelajari ilmu Falak. Jumlahnya tidak banyak. Pada masa itu, ilmu Falak memang belum diajarkan di pesantren-pesantren, termasuk di Tebuireng. Tak heran bila di kemudian hari, Pondok Pondok Seblak terkenal sebagai pondok ilmu Falak.
Kiai Ma’shum Ali wafat pada tanggal 27 Ramadan 1351 Hijriah (1933 Masehi). Kepemimpinan pesantren selanjutnya diteruskan oleh K.H. Mahfudz Anwar, menantu Kiai Ma’shum yang menikah dengan puteri pertamanya, Nyai Abidah Ma’shum.
Kiai Mahfudz bukan hanya melanjutkan kepengasuhan pesantren, tapi juga menguasai dan meneruskan tradisi ilmu Falak. Beliau memang santri binaan khusus Kiai Ma’shum. Kiai Mahfudz juga terkenal ahli tafsir dan hadis, yang dulu pernah berguru kepada Kiai Hasyim. Beliau sering berperan penting menentukan awal Ramadan atau Idulfitri. Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Lajnah Falakiyah PBNU.
Pada permulaan tahun 1940-an, di bawah kepemimpinan Kiai Mahfudz Anwar, Pondok Seblak berencana membangun Madrasah Banat. Yaitu lembaga pedidikan formal tingkat ibtidaiyah khusus puteri. Karena saat itu santri puteri hanya belajar secara klasikal di “ndalem”. Sayangnya, rencana tersebut terhambat oleh kondisi negara yang masih dalam masa penjajahan. Bangunan pertamanya diresmikan pada tahun 1949.
Satu tahun kemudian, Madrasah Banat berhasil meluluskan angkatan pertamanya. Untuk menampung lulusan tersebut, atas desakan masyarakat, Kiai Mahfudz kemudian mendirikan Madrasah Muallimat (1950), lembaga pendidikan tingkat menangah pertama khusus puteri. Karena besarnya animo masyarakat untuk menyekolahkan putreinya di dua lembaga tersebut, maka pada tahun yang sama didirikanlah Pondok Pondok Puteri Seblak dengan pengasuh Nyai Abidah Ma’shum.
Ternyata perkembangan pondok puteri lebih pesat daripada pondok putera, sehingga Pondok Seblak lebih dikenal sebagai pondok puteri. Pada tahun 1956, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim pulang dari Makkah, setelah bermukim di sana selama 18 tahun (sejak tahun 1938). Kepulangannya itu berkat desakan Presiden Soekarno tatkala berziarah ke Makkah. Tujuannya agar Nyai Khoiriyah dapat ikut serta membangun bangsa Indonesia yang telah merdeka.
Di bawah kepemimpinan Nyai Khoiriyah, Pondok Seblak terus berkembang. Beliau malakukan penyempurnaan manajemen dan revitalisasi organisasi santri. Para santri betul-betul didorong untuk aktif berorganisasi. Kegiatan tahlil, diba, latihan pidato, kegiatan olahraga, pengembangan koperasi dan perpustakaan, juga digalakkan.
Lahirnya model kerudung yang biasa disebut “kudung rubu” merupakan salah satu karya inovatif Nyai Khoiriyah dan santri (puteri) Seblak. Model kerudung yang cukup populer antara tahun 1960-1970- an itu, untuk pertama kalinya diperkenalkan kepada masyarakat Jombang sekitar tahun 1964, bersamaan dengan peringatan ulang tahun Nahdlatul Ulama.
Saat itu, santri puteri Pondok Seblak tampil dengan celana panjang, baju berlengan panjang, dan kerudung rubu’ begitu ampak anggun, rapi, dan kental nuansa Islami. Nyai Khoiriyah Hasyim wafat pada Sabtu sore, 21 Ramadan 1404 Hijriah atau 2 Juli 1983 Masehi, sekitar pukul 17.20 WIB dan dimakamkan di komplek pemakaman Tebuireng. Kepengasuhan Seblak kemudian dilanjutkan oleh Nyai Jamilah Ma’shum dan Nyai Abidah Ma’shum.
Nyai Jamilah Ma’shum kemudian membina Pondok Pesantren Putri Seblak hingga wafatnya tahun 1988. Kepengasuhan dilanjutkan oleh putera-puterinya dengan membentuk Yayasan Pondok Salafiyah Syafi’iyah “Khoiriyah Hasyim”, dengan Akte Notaris No. 7 tanggal 15 Mei 1979.
Hingga kini, Yayasan Khoiriyah Hasyim menaungi beberapa lembaga pendidikan, yakni Play Group dan TK al-Khoiriyah, MI Salafiyah Syafi’iyah, Madrasah Tsanawiyah Salafiyah Syafi’iyah, Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah, SMK Khoiriyah Hasyim, Madrasatul Qur’an Putri, termasuk Panti Asuhan Al-Khoiriyah.